1. Pengertian Sel
Sel adalah unit dasar dari
semua kehidupan, yang merupakan susunan paling sederhana yang menunjukkan semua
sifat-sifat kehidupan paling sederhana yang menunjukkan sifat-sifat kehidupan,
termasuk pengaturan, metabolisme, respon, homeostasis, pertumbuhan dan
reproduksi.
Makhluk hidup tersusun dari
satu sel tunggal (uniselular), misalnya bakteri, Archaea, serta sejumlah
fungi dan Protozoa, atau dari banyak sel (multiselular). Pada organisme
multiselular terjadi pembagian tugas terhadap sel-sel penyusunnya.
2. Fungsi Sel
Fungsi sel dalam organisme
sangat beragam. Beberapa fungsinya adalah:
a. Diferensiasi
Setelah beberapa kali
pembiakan sel, timbul diferensiasi, yaitu perbedaan bentuk dan fungsi. Sel- sel
tertentu mempunyai bentuk dan fungsi tertentu pula yang berbeda dar sel
lainnya.
b. Pertahanan
Fungsi pertahanan tubuh
dilakukan oleh beberapa sistem untuk memberikan kekebalan, yaitu untuk
menangkal masuknya mikro-organisme dan penyebaran sel-sel kanker dan berperan
dalam pertahanan imunitas.
c. Reproduksi
Fungsi reproduksi hanya
terdapat pada organ genetalia. Pada laki-laki, terdapat pada testis dan duktus
epidedimis, prostase, urethra. Pada wanita, terdapat pada ovarium, tuba
faloppi, uretus, dan vagina.
d. Pemasok
Fungsi ini dikerjakan oleh
sistem organ pencernaan, yaitu untuk pasokan nutrisi, air, mineral, dan
vitamin. Serta sistem organ pernapasan, yaitu untuk pasokan oksigen (O2)
dan pengeluaran karbon dioksida (CO2).
e. Reparasi
Setiap saat sel yang terdapat
pada tubuh manusia ada yang rusak dan harus diperbaiki agar fungsi-fungsi tubuh
tetap berjalan normal.
f. Transportasi
Fungsi transportasi berguna
untuk keperluan hidup sel di jaringan atau organ, dan transportasi sampah dari
sel atau organ sekresi yang dikerjakan oleh sistem sirkulasi, yaitu jantung,
pembuluh darah, atau limfe. Organ sekresi yang penting adalah ginjal, hati,
paru-paru, dan kulit.
3. Struktur Sel dan Fungsinya
Pada dasarnya, sel terbagi
atas dua jenis, yaitu :
a. Sel prokariotik
Sel prokariotik adalah sel
yang tidak memiliki selaput inti. Menurut etimiologi, prokariotik berasal dari
bahasa Yunani, yaitu pro = sebelum, dan karyon = kernel atau juga
disebut nukleus. Hanya ditemukan di dalam bakteri. Sel-sel ini berukuran kecil
(panjang 1-5 μm), dengan dinding sel di luar plasmalema, dan tidak dilengkapi
selaput inti yang memisahkan materi genetik (DNA) dari unsur sel lainnya.
Selain itu, sel prokariotik tidak mempunyai histon (protein basa spesifik) yang
terikat pada DNA yang umumnya tidak memiliki organel bermembran.
b. Sel eukariotik
Sel eukariotik adalah sel yang
memiliki selaput inti. Menurut etimiologi, eukariotik berasal dari bahasa
Yunani, yaitu eu= sebenarnya, dan karyon = kernel atau disebut
juga nukleus. Berukuran lebih besar dengan inti yang jelas yang diliputi
selaput inti. Terdapat banyak organel berlapis membran di dalam sitoplasma. Sel
eukariotik terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1) Membran sel
2) Sitoplasma
3) Inti sel
Selanjutnya kita akan membahas
struktur dalam sel eukariotik.

a. Membran sel
Membran plasma memiliki
struktur seperti lembaran tipis. Membran plasma tersusun dari molekul-molekul
lipid (lemak), protein, dan sedikit karbohidrat yang membentuk suatu lapisan
dengan sifat dinamis dan asimetri. Bersifat dinamis karena mempunya struktur
seperti fluida (zat cair) sehingga molekul lipid dan protein dapat bergerak.
Dan juga bersifat asimetris karena komposisi protein dan lipid sisi luar dan
dalam membran sel tidak sama. Molekul-molekul tesebut menyusun matriks lapisan
fosfolipid rangkap yang disisipi oleh protein membran. Di dalam memban plasma
terdapat fosfolipid yang terdiri dari bagian kepala dan ekor. Sisi kepala
merupakan sisi hidrofilik yang menghadap keluar membran sel, dan sisi ekor
merupakan sisi hidrofibik yang bersembunyi di dalam membran sel.
Fungsi membran plasma yaitu :
1) Reseptor untuk menerima pesan dari sel
lain
2) Pemberi tanda ata antigen yang menjadi
identitas jenis sel
3) Komunikasi sel
b. Sitoplasma
Sitoplasma adalah bagian dalam
sel yang cair, sedangkan bagian yang padat dan memiliki fungsi tertentu
dinamakan organel. Penyusun utama sitoplasma adalah air (90%), berfungsi
sebagai pelarut zat-zat kimia serta sebagai media terjadinya reaksi kimia sel.
Organel sel adalah benda-benda
solid yang terdapat di dalam sitoplasma dan bersifat hidup. Organel tersebut
antara lain :
1) Retikulum Endoplasma (RE)
Retikulum endoplasma berbentuk
benang-benang yang bermuara di inti sel. RE terbagi menjadi dua jenis, yaitu RE
Granuler (kasar) dan RE Agranuler (lembut). RE berfungsi sebagai tempat utama sinesis
produk sel dan juga berperan dalam transpor dan penyimpanannya.
2) Ribosom
Ribosom adalah granula kecil
berwarna hitam berdiameter 22 nm, yang tersusun dari RNA ribosomal. Ribosom
ditemkan sebagai granula individual atau dalam kelompok disebut “poliribosom”.
Ribosom bisa bebas berada dalam sitoplasma atau melekat pada membran retikulum
endoplasma. Ribosom berfungsi sebagai tempat sintesis protein.
3) Mitokondria
Mitokondria tampak seperti
batang atau filamen yang bergerak konstan dalam sebuah sel hidup. Setiap
mitokondria terdiri dari membran terluar hlus dan membran terdalam yang
membentuk lipatan yang disebut krista. Krista menonjol menyerupai rak ke dalam
mitokondria dan menamba bidang permukaan membran bagian dalam. Ruang antara
krista dipenuhi matriks yang berisi protein, DNA, RNA, dan ribosom. Mitokondria
berfungsi sebagai pembangkit tenaga sel karena fungsinya memproduksi energi
dalam bentuk ATP.
4) Lisosom
Lisosom adalah vesikel kecil
yang terikat membran, mengandung hampir 50 jenis enzim hidrolitik yang mampu
menguraikan hampir semua jenis mikromolekul. Lisosom berfungsi sebagai
pencernaan intraseluler dan berperan dalam pertumbuhan dan perbaiakn seluler
normal dengan cara memindahkan komponen seluler yang sudah rusak atau
berlebihan.
5) Badan Golgi
Badan golgi mengandung 6-7
kantong datar yang terikat membran atau sisterna, masing-masing membentuk agak
melekuk. Kantong tersebut tersusun seperti mangkuk terbalik. Permukaan konveks
menghadap ke retikulum endoplasma dan nukleus. Permukaan konkaf menghadap ke
permukaan eksternal sel.
6) Sentrosom
Pada sel yang tidak membelah,
dua sentriol berada di dekat nukleus dan apparatus golgi di sebuah bidang
khusus yang disebut sentrosom. Dua anggota pasangan sentriol, yang satu sama
lain tersusun perpendicular, disebut diplosom. Dinding setiap sentriol
mengandung sembilan susunan mikrotunulus, yang masing-masing terdiri dari tiga
sub unityang disebut triplet. Sentrosom berfungsi dalam pembelahan sel.
Bertindak sebagai benda kutub dalam mitosis dan miosis.
7) Mikrotubulus
Mikrotubulus merupakan pipa
berongga panjang 20-25 nm, tersebar dalam sitoplasma dan semua sel dan tersusun
dari molekul tubulin protein. Mikrotubulus berfungsi mempertahankan bentuk sel
dan sebagai rangka se.
8) Mikrofilamen
Mikrofilamen serupa dengan
mikrotubulus, tetapi lebih lembut. Terbentuk dari komponen utamanya yaitu
protein aktin dan miosin. Mikrofilamen berfungsi dalam pergerakan sel.
9) Peroksisom
Peroksisom ukurannya sama
seperti lisosom. Organel in senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan
banyak mengandung enzim oksidase dan katalase. Peroksisom berfungsi untuk
melindungi sel dari pengaruh hidrogen peroksida yang merusak dan juga berperan
dalam metabolisme lipid.
c. Inti sel (nukelus)
Inti sel (nukleus) mengandung
sketsa untuk smeua struktur dan aktivitas sel, yang dikode di DNA kromosom.
Inti sel juga mengandung perangkap molekular untuk mereplikasi DNA-nya dan
untuk mensintesis dan memproses tiga jenis RNA, yaitu ribosom (rRNA),
messenger, dan transfer.
Nukleus tampak seperti
struktur bulat atau memanjang, biasanya di bagian pusat sel. Komponen utamanya
adalah selaput inti, kromatin, nukleolus, dan matriks inti.
Bagian-bagian yang terdapat
dalam nukleus yaitu :
1) Selaput inti
Dengan mikroskop elektron,
tampak bahwa inti sel dikelilingi oleh 2 unit membran paralel, yang dipisahkan
oleh celat sempit (40-70 nm) yang disebut siserna perinuklear. Bersama-sama,
pasangan membran serta celah diantaranya membentuk selaput inti. Dekat dengan
membran dalam selaput inti, terdapat suatu struktur protein yang disebut lamina
fibrosa. Di tempat penggabungan membran luar dan dalam terdapat celah-celah
yaitu pori-pori inti yang membentuk jalur terkendali di antara sitoplasma dan
inti.
2) Kromatin
Berdasarkan derajat kondensasi
kromosom, ada dua jenis kromatin, yaitu heterokromatin dan eukromatin. Kromatin
terdiri atas pilihan untai DNA yang terikat pada protein basa (histon) susunan
kromatin disebut sebagai untaian matrik.
3) Nukleolus
Nukleolus adalah struktur
bulat, berdiameter sampai 1 mm, yang kaya akan rRNA dan protein. Nukleolus
terdiri atas tiga unsur berbeda, yaitu DNA pengatur nukleolus, parsfibrosa, dan
parsgranulosa.
4) Matriks inti
Matriks inti adalah komponen
yang mengisi ruang di antara kromatin dan nukleoli di dalam inti. Matriks ini
terutama terdiri atas protein (beberapa diantaranya memiliki aktivitas enzim),
metabolik, dan ion. Bila asam nukleat dan komponen terlarutnya diangkat,
struktur fibrilarnya masih tetap ada, yang membentuk kerangka inti. Lamina
fibrosa selaput inti adalah bagian dari matriks inti. Kerangka ini agaknya
membantu pembentukanbasa protein, tempat untai DNA terikat.
Nukleus berfungsi untuk
keseluruhan aktivitas seluler dan mengandung material genetik sel yang mengkode
informasi untuk mengontrol sintesi protein dan reproduksi sel.
4. Siklus dan Reproduksi Sel
Secara umum setiap sel
mempunyai dua periode dalam siklus selnya yaitu periode interfase dan periode
pembelahan. Siklus ini diulang pada setiap generasi sel, tetapi lamanya siklus
sangat bervariasi pada jenis sel yang berbeda. Beberapa ada yang memiliki
siklus yang pendek dengan seringnya pembelahan yang terjadi, sebagian lainnya
memiliki siklus yang panjang atau bahkan mengalami interfase sepanjang
kehidupan organisme.
Selama pembelahan sel, inti
mengalami serangkaian perubahan yang komplek, namun teratur dan tetap. Beberapa
hal sangat terlihat jelas pada saat pembelahan, diantaranya yaitu menghilangnya
anak inti dan pembungkus inti, unsur kromatin memadat membentuk kromosom.
Kromosom selalu berada di dalam inti. Namun selama periode interfase umumnya
kromosom tidak terlihat karena terletak tersebar dan komponen makromolekulnya
terdistribusi longgar di dalam molekul inti
Seperti telah disebutkan di
atas bahwa secara umum periode sel terdiri dari dua periode yaitu periode
interfase (istirahat/senggang) dan periode pembelahan. Di sini periode interfase terbagi atas periode G
dan S. G berasal dari kata gap (senggang) dan S berasal dari kata synthesis.

Periode G1 adalah periode sel
aktif mansintesa ARN dan protein. Inti dan sitoplasma membesar. Lamanya 30-40%
dari waktu daur. Sel bersiap untuk mitosis. Periode S adalah periode aktif
mensintesa AND anak yang disebut replikasi. Lamanya juga 30-40% dari waktu satu
daur. Pada akhitnya terjadi penggandaan kromatin. Periode G2 adalah persiapan
sitoplasma untuk membelah, lamanya 10-20% dari waktu daur. G2 segera disusul
dengan pembelahan sesungguhnya (M= mitosis).
a.
Periode G1 (Gap 1) - Waktu
senggang
Periode sel sedang aktif mensintesa ARN (transkripsi) dan
protein (transisi) serta membentuk sitoplasma baru, yang nantinya merupakan
bahan untuk membina sel anak. Peristiwa ini mendorong inti dan sitoplasma
membesar. Lama G1 30-40% dari waktu daur.
b.
Periode S (sintesa)
Merupakan masa aktif mensintesa ADN (replikasi).
Dengan replikasi terbentuk bahan genetic baru yang persis sama susunan AND-nya
dengan yang lama. Dengan demikian sel anak mengandung bahan genetis
yang sama dengan sel induk.
c.
Periode G2
Merupakan masa persiapan sitoplasma untuk membelah dan
merampungkan bahan yang disintesa pada periode G1. Nucleus masih nyata
dibungkus membran inti mengandung satu atau lebih nucleoli. Dua sentrosom
(pusat organisasi mikrotubul) muncul di luar inti, terbentuk selama awal
interfase melalui proses replikasi dari sentrosom tunggal (pada sel hewan
setiap sentrosom mempunyai ciri terdiri atas sepasang sentriol). Mikrotubul
meluas dari sentrosom dalam susunan radial dinamakan aster (stars = bintang).
Kromosom telah menduplikasi (selama fase S) tetapi dalam keadaan ini tidak
dapat dibedakan sendiri-sendiri, karena masih dalam bentuk serabut kromatin
yang terkemas longgar. Pada periode ini semua bahan sitoplasma dan organel
menjadi rangkap dua. Lamanya 10-20% dari waktu daur. Periode ini segera disusul oleh pembelahan (mitosis).
Proses reproduksi merupakan proses
duplikasi dari dan pembelahan komponen genetic yang sama. Dalam hal ini yang
dimaksud komponen genetiknya adalah gen dan DNA, sehinnga diperoleh sel baru
yang struktur dan program genetiknya sama. Reproduksi sel dibagi menjadi dua
yaitu reproduksi secara seksual dan reproduksi secara aseksual. Reproduksi
secara aseksual meliputi pembelahan secara mitosis dan pembelahan secara
meiosis.
a. Pembelahan
Mitosis
Pembelahan
mitosis berlangsung melalui 4 fase, yaitu :
1) Profase
Hal-hal
yang terjadi pada profase adalah :
a)
Nukleolus tidak lagi
dapat di indera
b)
Benang-benang kromatin
menebal dan disebut dengan kromatid. Ada sepasang kromatid yang saling
berlekatan yang disebut dengan sentromer.
c)
Di kutub-kutub tersebut
pada sentriol, mikrotubuli yang mengatur diri, sehingga bentuknya menyerupai
suatu pancaran bintang dan itu disebut aster.
d)
Membrane nukleus tidak
dapat lagi di indera.
e)
Spindle menuju ke
tengah.
2) Metaphase
Pada metaphase, semua kromatid mengatur
diri pada suatu bidang, yang disebut equator.
3) Anaphase
Hal-hal
yang terjadi pada anaphase adalah :
a) Pada
fase ini kedua kromatid berpisah.
b) Benang-benang
kumparan yang tadinya berasal dari kutub mengatur diri.
c) Kemudian
kromatid berpisah menuju ke kutub-kutub yang letaknya bertentangan.
4) Telofase
Hal-hal
yang terjadi pada telofase adalah :
a) Pada
setiap kutub telah dijumpai adanya satu set kromosom.
b) Selubung
nukleolus telah terlihat kembali menyelubungi nukleus sel anakan.
c) Nukleoli
dapat di indera kembali.
d) Kromosom
tidak dapat lagi di indera.
b. Pembelahan meiosis
Pembelahan meiosis adalah suatu peristiwa
reproduksi sel yang menghasilkan sel-sel anak berupa sel-sel haploid. Skema
pembelahan sel secara meiosis :

1)
Meosis I
a) Interfase
1
Pada fase ini
terjadi peristiwa replikasi kromosom. Setiap kromosom membentuk kromatid kembar
yang melekat pada sentromer.
b) Profase
1
Lama
profase adalah 90% dari seluruh waktu yang digunakan untuk pembelahan sel
secara miosis. Berbeda dengan pembelahan mitosis,maka dalam profase ini
kromosom homolog melekat satu sama lain. Terjadi saling tukar menukar gen antar
kromatid yang saling menempel. Proses di atas terjadi melalui pindah silang,
yang terlihat sebagai bangunan berbentuk X, dan disebut kiasma. Kromosom
homolog tetap berikatan dan selanjutnya menuju ke dataran metafase.
c) Metafase
1
Kromosom yang
homolog mengatur diri di dataran metafase. Sentromer diatur mengarah ke
kutub-kutub sel yang bertentangan letaknya.
d) Anafase
1
Kromosom
homolog berpisah dan menuju ke kutub-kutub yang letaknya berlawanan.
e) Telofase
1
Di
sekitar kutub dijumpai kromosom haploid. Peristiwa meiosis 1 selesai dengan
terbentuknya kembali nukleus pada calon sel anakan, sehingga dengan demikian
maka sel anakan tersebut sebenarnya mengandung kromosom haploid.
2)
Meiosis II
Miosis
II berlangsung dengan urutan seperti pada meiosis I, hanya saja tidak terjadi
replikasi substansi genetik. Setelah kromosom mengatur diri pada dataran
metafase (pada metafase II), maka selanjutnya kromatid yang membentuk kromosom
memisahkan diri dan menuju kutub-kutub yang letaknya berlawanan. Dengan
demikian pada akhir telofase II, yang kemudian diikuti sitokinesis sel anakan
seluruhnya berjumlah empat, dan masing-masing sel anak adalah haploid.
2.5
Cairan Intra dan Ekstra Sel
Lebih kurang 60% berat badan
orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang
mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan
lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih
muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan orang
yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan
tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan
yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak
mengandung sedikit air.
Cairan tubuh terdiri dari dua
kompartemen cairan, yaitu ruang intra seluler (cairan dalam sel) dan ruang
ekstra seluler (cairan luar sel). Kurang lebih 2/3 cairan tubuh berada dalam
kompartemen cairan intra sel, dan kebanyakan terdapat pada massa otot skeletal.
Kompartemen cairan ekstra sel
lebih jelas dibagi menjadi ruang:
a. Intra vascular (cairan dalam pembuluh
darah), mengandung plasma.
b. Ruang interstitial, mengandung cairan yang
mengelilingi sel. Contohnya limfe.
c. Ruang muskuler, merupakan bagian terkecil
dari cairan ekstra seluler dan mengandung kurang lebih 1 liter cairan setiap
waktu.
6. Transpor Sel
Salah satu fungsi dari membran
sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang
dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2,
O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara
itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion,
dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam
sel.
Banyaknya molekul yang masuk
dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas
membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif untuk
molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor
aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus. Transport pasif terjadi
tanpa memerlukan energi sedangkan transport aktif memerlukan energi. Yang
termasuk transport pasif adalah :
a.
Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu
perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya. Transpor pasif ini
bersifat spontan. Difusi,
osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi
terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan
sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler
yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut
melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda
konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi
terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah
menurut gradien konsentrasinya.
1) Difusi
Adalah peristiwa
mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi
tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh
lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara
2) Osmosis
Adalah perpindahan air melalui
membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih
pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh
zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis
merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi
bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan
untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk
ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor.
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat
menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel.
3)
Difusi Terfasilitas
Transport dengan cara difusi fasilitas mempunyai
perbedaan dengan difusi sederhana yaitu difusi fasilitas terjadi melalui
carrier spesifik dan difusi ini mempunyai kecepatan transport maksimum. Suatu
bahan yang akan ditransport lewat cara ini akan terikat lebih dahulu dengan
carrier protein yang spesifik, dan ikatan ini akan membuka channel tertentu
untuk membawa ikatan ini ke dalam sel. Jika konsentrasi bahan ini terus
ditingkatkan, maka jumlah carrier akan habis berikatan dengan bahan tersebut
sehingga pada saat itu kecepatan difusi menjadi maksimal. Pada difusi sederhana
hal ini tidak terjadi, makin banyak bahan kecepatan transport bahan maakin
meningkat tanpa batas.
b. Transpor aktif
Merupakan kebalikan dari
transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah perpindahan dari transpor ini
melawan gradien konsentrasi. Transport aktif terbagi atas transport aktif
primer dan sekunder. Transport aktif sekunder juga terdiri atas co-transport
dan counter transport (exchange).
1) Transpor aktif primer
Transport aktif primer memakai
energi langsung dari ATP, misalnya pada Na-K pump dan Ca pump. Pada Na-K pump,
3 Na akan dipompa keluar sel sedang 2 K akan dipompa kedalam sel. Pada Ca pump,
Ca akan dipompa keluar sel agar konsentrasi Ca dalam sel rendah.
2) Transport sekunder co-transport
Pada transport sekunder
co-transport, glukosa atau asam amino akan ditransport masuk dalam sel
mengikuti masuknya Natrium. Natrium yang masuk akibat perbedaan konsentrasi
mengikutkan glukosa atau asam amino ke dalam sel, meskipun asam amino atau
glukosa di dalam sel konsentrasinya lebih tinggi dari luar sel, tetapi asam
amino atau glukosa ini memakai energi dari Na (akibat perbedaan konsentrasi
Na). Sehingga glukosa atau asam amino ditransport secara transport aktif
sekunder co-transport
3) Transport sekunder counter-transport
Pada proses counter
transport/exchange, masuknya ion Na ke dalam sel akan menyebabkan bahan lain
ditransport keluar. Misalnya pada Na-Ca exchange dan Na-H exchange. Pada Na-Ca
exchange, 3 ion Na akan ditransport kedalam sel untuk setiap 1 ion Ca yang
ditransport keluar sel, hal ini untuk menjaga kadar Ca intrasel, khususnya pada
otot jantung sehingga berperan pada kontraktiitas jantung. Na-H exchange
terutama berperan mengatur konsentrasi ion Na dan Hidrogen dalam tubulus
proksimal ginjal, sehingga turut mengatur pH dalam sel.
7. Komunikasi Antar Sel
Molekul sinyal ekstraseluler berikatan dengan reseptor
yang spesifik. Sebagai contoh, budding pada khamir Saccharomyces cerevisiae.
Sel-sel khamir berkomunikasi dengan sel lainnya untuk perkawinan dengan
mensekresikan beberapa macam peptida kecil. Molekul sinyal ekstraseluler dapat
bertindak pada jarak yang dekat ataupun jauh.
Ada empat tipe sinyal, yaitu :
a.
Paracrine signaling, bergantung
pada sinyal-sinyal yang dikeluarkan ke dalam ruang ekstraseluler dan
menyebabkan terjadinya suatu proses secara lokal atas sel-sel tetangga. Pada
tipe sinyal ini, molekul-molekul sinyal disekresikan, molekul sinyal yang
disekresikan mungkin dibawa jauh untuk bertindak berdasarkan target yang jauh,
atau mungkin bertindak sebagai perantara lokal yang hanya mempengaruhi sel-sel
dalam lingkungan yang dekat dari pemberian isyarat sel.
b.
Synaptic signaling, dilakukan
dengan neuron yang meneruskan sinyal-sinyal secara elektrik sepanjang akson dan
melepaskan neurotransmitter di sinapsis, yang seringkali berlokasi jauh sekali
dari sel. Sel saraf (neuron) dimana khususnya menyampaikan proses-proses
panjang (akson) memungkinkan sel saraf untuk kontak dengan sel target yang
letaknya jauh sekali. Ketika diaktivasi oleh sinyal-sinyal dari lingkungan atau
dari sel-sel saraf lainnya, neuron mengirimkan impuls elektrik secara cepat di
sepanjang akson; ketika impuls mencapai ujung akson, hal ini menyebabkan ujung
saraf mensekresikan sinyal kimiawi yang disebut neurotransmitter. Sinyal ini
disekresikan ke cell junctions khusus yang disebut chemical synapses. Synaptic
signaling lebih tepat daripada endocrine signaling dalam hal waktu dan tempat.
c.
Endocrine signaling, bergantung
pada sel-sel endokrin, yang memsekresikan hormon ke aliran darah yang lalu
didistribusikan secara luas di sepanjang tubuh. Sel-sel endokrin mensekresikan
molekul-molekul sinyal yang disebut hormon ke aliran darah yang membawa sinyal
ke sel target yang didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh.
d.
Autocrine signaling, tipe ini
dapat mengkoordinasi keputusan dengan grup-grup sel serupa. Pada autocrine
signaling, sel mensekresikan molekul sinyal yang dapat berikatan kembali dengan
reseptornya sendiri. Autocrine signaling merupakan tipe paling efektif ketika
dilakukan secara serempak dengan sel-sel tetangga yang tipenya sama. Autocrine
signaling dianggap menjadi suatu mekanisme yang mungkin mendasari "efek
komunitas" yang diamati pada perkembangan awal, selama grup sel-sel serupa
dapat menanggapi sinyal yang menginduksi diferensiasi tapi tidak dapat pada sel
tunggal bertipe sama yang terisolir. Sel kanker seringkali menggunakan
autocrine signaling untuk mengatasi kontrol normal pada perkembangbiakan dan
kelangsungan hidup sel.
Tiga tahap proses cell signaling, yaitu:
a.
Reception, agak mirip dengan
pengenalan enzim dengan substratnya (kompleks enzim-substrat), sama dengan
hipotesis kunci dan gembok dari pengenalan enzim dan substrat. Molekul ligan (biasanya larut dalam air) dikenal oleh hanya satu protein
reseptor yang berikatan dengan membran sel.
b.
Transduksi, menimbulkan
perubahan konformasi pada reseptor. Perubahan konformasi ini menyebabkan
reseptor berinteraksi dengan molekul intraseluler lainnya. Transduksi mungkin
menyebabkan banyak perubahan konformasi/struktural pada protein seluler lainnya.
Enzim yang tidak aktif menjadi aktif;
c.
Respon, biasanya aktivitas
seluler, sebagai katalisis enzim atau penyusunan kembali sitoskeleton atau
aktivitas gen yang spesifik.
8. Respon Sel Terhadap
Perubahan Lingkungan
Sel normal menjalankan
fungsi metabolisme dan mempunyai struktur yang di kendalikan oleh program
genetik yang di kandungnya, di dukung juga dengan ketersediaan substrat –
substrat metabolik. Sel dapat mengatasi permintaan fisiologis tubuh, menjaga
keseimbangan tubuh yang disebut homeostasis.
Respon adaptasi sel dapat berupa peningkatan jumlah sel, disebut hiperflasi, atau membesarnya ukuran
sel di sebut hipertropi. Jika
stimuli yang terjadi melebihi kemampuan sel melakukan respon adaptasi, sebagai
contoh ketika sel terpapar oleh injurous agent atau stress maka sel akan
terluka (injury cell).
Penyebab Injury Cell:
a. Kehilangan oksigen
b. Agen fisik
c. Agen kimia dan obat
d. Agen infeksi
e. Reaksi imunologik
f. Kekacauan genetik
g. Ketidakseimbangan nutrisi
Kematian sel adalah hasil akhir luka pada sel merupakan hal
terpenting dari suatu evolusi penyakit pada jsringan atau organ. Ada dua bentuk
kematian sel:
a.
Necrosis, adalah tipe kematian sel yang terjadi setelah
proses injuri atau stress abnormal seperti Iskemia, dan selalu patologik.
b. Apoptosis, terjadi ketika
sel mati melalui aktivasi dari program ”bunuh diri” dalam tubuh untuk
menghilangkan sel yang tidak di inginkan selama proses embriogenesis atau
fisiologis lainnya, seperti involusi jaringan karena menurunnya hormon.
9. Transduksi Sinyal
Sinyal tersebut dikenali oleh
molekul protein yang ada di permukaan sel, protein ini dari jenis reseptor,
protein pigmen, kanal ion, dan sebagainya. Sinyal senyawa kimia, berikatan
dengan protein reseptor, sinyal cahaya dalam bentuk foton, menubruk pigmen
dalam protein seperti rhodopsin, ion kalsium dan natrium, kemudian membuka
protein kanal, dan sebagainya sehingga menimbulkan perubahan pada struktur
lokal protein-protein tersebut pada bagian yang terdapat dalam sel. Setelah
sinyal ditangkap dan informasinya masuk ke dalam sel, sinyal dihantarkannya ke
pusat pemrosesan (CPU)-nya sel yaitu inti sel oleh berbagai jenis protein yang
bekerja secara bertahap, lalu gen menerjemahkan rangsangan.
10. Definisi Jaringan
Jaringan adalah kelompok sel
yang serupa secara srtuktural (begitu pula denganproduk yang dihasilkan) yang
mengalami spesialisasi untuk menjalankan suatu fungsi tertentu.
11. Jenis-jenis Jaringan
Ada empat jenis jaringan dasar
yang ditemukan pada tubuh manusia, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat,
jaringan otot, dan jaringan saraf. Kami hanya akan membahas jaringan epitel.
Jaringan epitel adalah
salah satu empat jaringan dasar. Dahulu istilah epitel digunakan untuk menyebut
selaput jernih yang berada di atas permukaan tonjolan anyaman penyambung di
merah bibir (Epitel: Epi di atas; Thele bibir). Istilah ini kini
digunakan untuk semua jaringan yang melapisi sesuatu struktur dan saluran. Epitel
memiliki berbagai fungsi tergantung dari posisi jaringan. Fungsinya antara lain:
1) Sebagai pelindung
2) Sebagai alat sekresi
3) Sebagai alat penerima impuls
4) Sebagai alat penyaring atau filtrasi
5) Sebagai alat absorpsi
6) Sebagai alat respirasi
Dalam rangka, fungsinya
sebagai pelindung. Biasanya epitel sendiri pun diberi pelindung yaitu lapisan
tanduk (korneum), silia, dan lapisan lendir.
4) Epitel berlapis
gepeng
8)
Epitel bertingkat bersilia
12. Definisi Neoplasma
Neoplasma ialah kumpulan
sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak
terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi
tubuh.
Dalam ilmu patologi
anatomik, tumor identik dengan neoplasma. Sedangkan dalam klinik, istilah tumor
sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan. Pembengkapan
ini dapat disebabkan baik oleh neoplasma, maupun oleh radang (rubor, kalor,
dolor, tumor, fungsi yang merupakan tanda asal radang dari Celvus) atau pendarahan,
dsb. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh
neoplasma.
13. Sifat Neoplasma
Sifat dari neoplasma
yaitu :
a. Sifat pertumbuhan yang autonom,
tidak mengenal koordinasi dan batas normal pertumbuhan. Umumnya mempunyai sifat
pertumbuhan yang lebih cepat dan tidak homogen.
b. Dapat bergerak amoeboid, yang
berakibat mempunyai kemampuan untuk mengadakan infiltrasi ke jaringan
sekitarnya dan metastase jauh.
c. Tidak menjalankan fungsi normalnya,
bahkan kadang-kadang menjalankan fungsi yang sangat berbeda (sindroma
paraneoplastik).
14. Ciri-ciri Neoplasma
Ciri-ciri neoplasma
yaitu :
a. Pada sel neoplasma terjadi perubahan
sifat, sehingga sebagian besar energi digunakan untuk berkembang biak.
b. Sel neoplasma tampak seolah-olah
intinya besar, tetapi bukan disebabkan oleh bertambah ukuran inti melainkan
karena sitoplasma jumlahnya berkurang.
c. Jumlah mitokondria berkurang
drastis.
d. Mendapat energi dari glikolisis
anaerob, karena kemampuan sel untuk oksidasi sel yang berkurang.
15. Gambaran Mikroskopik
Gambaran mikroskopik
dari neoplasma yaitu :
a. Pertumbuhan dengan penekanan
jaringan sekitar
b. Berdiferensiasi buruk
c. Menyerupai sel normal, mirip satu
sama lain dan seragam
d. Sedikit mitosis
e. Nekrosis tidak biasa terjadi
f. Tidak terjadi metastasis
16. Patogenesis
Ada beberapa teori yang
menjelaskan patogenesis tumor, yaitu
a.
Perubahan genetik
Teori ini mengatakan bahwa pada suatu saat terjadi
perubahan genetik yang irreversibel pada sel, sehingga terjadi sintesis protein
yang lebih aktif dan ini digunakan lebih banyak untuk reproduksi daripada untuk
bekerja. Sekali sel mulai berproliferasi aktif, maka terjadi
perubahan-perubahan mutasi lebih lanjut. Mutasi sekunder kebanyakan letal,
tetapi beberapa diantaranya berkembang ke arah pertumbuhan yang lebih cepat dan
lebih autonom.
b.
Feedback deletion
Semua sel mempunyai potensi genetik untuk berubah
menjadi kanker, tetapi yang dalam keadaan normal terhambat. Pada sel tumor
susunan pengatur menghilang, sehingga kemampuan untuk membelah tidak dihambat.
c.
Multicellular origin of
cancer-field theory
Teori ini mengatakan bahwa neoplasma terbentuk dari
beberapa sel yang berdekatan secara serentak dan bukan berasal dari satu sel.
Neoplasma akan mulai pada tempat yang dipengaruhi karsinogen secara meksimal,
tetapi respon neoplastik akan tumbuh di jaringan sekitarnya.
17. Definisi Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari
tubuh manusia untuk pemeriksaan patologi mikroskopik. Berasal dari bahasa
Latin, yaitu bios artinya hidup dan opsi artinya tampilan.
18. Tujuan Biopsi
Adapun tujuan biopsi adalah
a.
Mengetahui morfologi tumor,
yaitu :
1)
tipe histologik tumor
2)
subtipe tumor
3)
grading sel
b.
Radikalitas operasi
c.
Staging tumor
1) Besar spesimen dan tumor dalam sentimeter
2)
Luas ekstensi tumor
3)
Bentuk tumor
4)
Modus regional
a) banyak kelenjar limpa yang ditemukan
b) banyak kelenjar limpa yang bermetastasis
c) adanya invasi kapsuler
d) metastasi ekstranodal
19. Definisi Farmakologi
Farmakologi adalah ilmu yang
memepelajari penggunaan obat untuk menyembuhkan penayakit. Ini merupakan pelajaran
utama untuk mahasiswa kedokteran. Untuk menggunakan obat secara rasional maka
disamping menguasai farmakologi juga diperlukann pengetahuan patofisiologi
penyakit. Farmakoterapi dalam arti luas mencakup semua tindakan penggunaan obat
dalam menyembuhkan penyakit.
20. Jenis Farmakologi
a.
Farmakokinetik
Keseluruhan proses yang
dialami molekul obat, mulai masuknya obat kedalam badan samapai hilangnya obat
ini dari badan disebut proses
farmakokinetik. Proses ini mencakup absorpsi, distribusi,
biotrans-formasi, dan eksresi obat. Seluruh proses ini terjadi simultan dan
bukan berurut.
1)
Absorpsi
Proses absorpsi sangat penting
dan menentukan efek obat. Pada umumnya obat yang tidak di absorpsi tidak
menimbulkan efek, kecuali antasid dan obat yang bekerja lokal. Absorpsi
dipengaruhi oleh bermacam faktor seperti, sifat fisik dan kimia bahan obat,
bentuk obat yang diberikan (tablet, kapsul, cairan), formulasi, cara pemberian,
konsentrasi obat, luas permukaan kontak obat (absorbing surface) dan sirkulasi pada tempat absorpsi obat.
Pemberian obat per oral
merupakan cara yang paling lazim karena paling mudah, aman dan ekonomis.
Kerugian cara ini ialah : obat dapat merangsang mukosa lambung dan dapat
menimbulkan emesis (mual). Minofilin sering menimbulkan emesis karena merangsang
mukosa lambung. Obat dapat mmbentuk kompleks dengan makanan sehingga lebih
sukar diabsorpsi. Obat yang lewat sistem portal dapat mengalami biotransformasi
sebelum memasuki sirkulasi ke berbagai organ. Pemberian oral membutuhkan
koperasi pasien dan efeknya baru timbul setelah bebrapa waktu tergantung dari
jenis obatnya.
2)
Distribusi
Obat setelah di absorpsi
akan tersebar melaui sirkulasi darah keseluruh badan. Molekul obat yang mudah
melintasi membrane sel akan mencapai semua cairan tubuh baik intrasel maupun
ekstrasel ; sedang obat yang sulit menembus membrane sel penyebarannya umumnya
terbatas pada cairan ekstrasel. Kadang-kadang beberapa obat mengalami kumulasi
selektif pada beberapa organ dan jaringan (tissue
depot) tertentu karena proses transport aktif, pengikatan dengan zat
tertentu atau daya larut yang lebih besar dalam lemak. Kumulasi demikian
berfungsi sebagai gudang dan dan dapat mengakibatkan obat berefek lebih lama,
Bagian badan yang dapat berfungsi sebagai gudang obat (stoage depot) ialah protein plasma, umumnya albumin , jaringan
ikat, dan jaringan lemak. Selalin itu ada tempat lain umpamanya tulang, organ
tertentu, dan cairan trans-sel yang dapat berfungsi sebagai gudang untuk
beberapa obat tertentu.
3)
Biotransformasi
Pada umumnya
biotransformasi obat terjadi oleh enzim mikrosom di reticulum endoplasma sel
hepar. Pada proses biotransformasi
molekul obat dapat berubah sifatnya antara lain menjadi lebih poler.
Metabolit yang lebih poler ini tidak larut dalam lemak dan dengan dengan
demikian lebih mudah dieksresi oleh ginjal .
Biotransformasi memegang
peranan penting dalam mengakhiri efek obat. Karena proses ini dikatalisis oleh
enzim maka proses ini dapat dihambat atau dirangsang dengan akibat pengaruh
terhadap efek obat.
4)
Eksresi
Obat dapat dikeluarkan dari
badan dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bantuk asalnya.
Ekskresi umumnya terjadi melalui ginjal, tetapi juga terjadi bersama tinja,
empedu melalui paru-paru, bersama air susu dan keringat. Eksresi melaui paru-paru terutama pada
anastesia umum dengan anastesik terbang. Eksresi air susu ibu penting untuk
diperhatikan karena dapat menimbulkan efek farmakologik atau efek toksik pada
bayi.
b.
Farmakodinamik
Seperti telah diuraikan sebelumnya,
farmakodinamik mempelajari cara kerja obat dan efeknya terhadap berbagai funsi
oragan dan reaksi biokimia.
1)
Mekanisme Kerja Obat
Cara kerjanya pada taraf
molekuler hingga kini belum diketahui dengan jelas. Mengapa suhu demam menurun?
Mengapa ambang rasa nyeri meningkat? Ini pertanyaan-pertanyaan yang masih
diselidiki dan sampai sekarang belum terjawab. Penelitian mengenai mekanisme
kerja obat dewasa ini merupakan bagian yang sangat penting dalam farmakologi.
Reseptor obat ialah
makromolekul yang bergabung dengan obat dan penggabungan ini merupakan reaksi
permulaan dalam suatu rangkaian reaksi yang pada akhirnya menimbulkan efek. Dengan menggambarkan bahwa semua obat
harus bergabung dalam reptor dulU, berbagai dan efek seperti hubungan antara
dosis dan efek, hubungan waktu dan efek lebih mudah dimengerti. Rseptor obat
pada umumnya merupakan molekul enzim, atau komponen fungsional dari sel. Rseptor obat dapat terletak pada
membrane sel, didalam sel atau ekstrasel.
2) Efek Obat
Efek obat pada umumnya terlihat sebagai perubahan
intensitas faal organ tertentu atau reaksi biokimianya. Karena efek obat adalah
hal yang dapat diiobbserfasi maka obat digolongkan sesuai dengan efeknya.
Obat golongan farmakodinamik bekerja dengan mempengaruhi
faal organ dan dalam hal ini pengaruhnya bersifat kuantiatif dan bukan kualitatif.
Artinya fungsi organ diubah oleh obat dengan merangsangnya menjadi lebih aktif
atau menjadikan kurang aktif.
21. Pengobatan Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat antikanker yang bertujuan
membunuh sel-sel kanker, dengan cara pemberian melalui infus. Obat kemoterapi
umumnya berupa kombinasi dari beberapa obat yang diberikan secara bersamaan
dengan jadwal yang diberikan secara bersamaan dengan jadwal yang telah
ditentukan. Seperti halnya pemberian infus pada penyakit lain seperti diare,
penderita harus diberikan terapi di Rumah Sakit, dengan waktu pemberian
beberapa jam. Setelah pemberian kemoterapi selesai, dan tidak ada keluhan,
penderita dapat langsung pulang.
Selain membunuh sel kanker, obat kemoterapi juga berefek pada
sel-sel sehat yang normal, terutama yang cepat membelah atau cepat tumbuh seperti
rambut, lapisan mukosa usus, dan sumsum tulang. Jadi efek samping yang sering
terjadi adalah rambut rontok, mual bahkan sampai muntah, sel-sel darah yang
menurun terutama sel darah putih. Namun efek samping itu dapat dihindarkan
dengan pemberian obat anti muntah yang kuat, pengawasan yang ketat. Setelah 2
-3 minggu pemberian kemoterapi biasanya sel-sel darah kembali normal.
22. Efek Samping Kemoterapi
Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa
waktu setelah pengobatan. Efek samping yang bisa timbul adalah:
a.
Lemas
Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau perlahan.
Tidak langsung menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung hingga akhir
pengobatan.
b.
Mual dan Muntah
Ada beberapa obat kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu
ada beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini dapat
dicegah dengan obat anti mual yang diberikan sebelum/selama/sesudah pengobatan
kemoterapi. Mual muntah dapat berlangsung singkat ataupun lama.
c.
Gangguan pencernaan
Beberapa jenis obat kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare
disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi.
Bila diare, kurangi makanan berserat, sereal, buah dan sayur. Minum banyak
untuk mengganti cairan yang hilang. Bila susah BAB, perbanyak makanan berserat,
olahraga ringan bila memungkinkan
d.
Sariawan
Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa tebal
atau infeksi. Kondisi mulut
yang sehat sangat penting dalam kemoterapi.
e.
Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu
setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit
kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi
setelah kemoterapi selesai.
f.
Otot dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari
tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot.
g.
Efek Pada Darah
Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang yang
merupakan pabrik pembuat sel darah, sehingga jumlah sel darah menurun. Yang
paling sering adalah penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan sel darah
terjadi pada setiap kemoterapi dan tes darah akan dilaksanakan sebelum
kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal.
Penurunan jumlah sel darah dapat mengakibatkan:
1)
Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh Karena jumlah leokosit turun, karena leokosit
adalah sel darah yang berfungsi untuk perlindungan terhadap infeksi. Ada
beberapa obat yang bisa meningkatkan jumlah leokosit.
2)
Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan
jumlah trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah
di kulit.
3)
Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh penurunan
Hb (hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah merah. Akibat anemia
adalah seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak pucat.
h.
Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna
1) Lebih sensitive terhadap matahari.
2) Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat
garis putih melintang.
DAFTAR PUSTAKA
Junqueira, L. Carlos dkk. 1997. Histologi
Dasar: Edisi ke-8. Jakarta: EGC
Sherwood, Laurice. 2001. Fisiologi Manusia.
Jakarta: EGC
Sudiono, Janti dkk. 2003. Ilmu Patologi. Jakarta: EGC
Suryani, Yoni. 2004. Biologi Sel dan Molekuler.
Yogyakarta : JICA
Wikipedia Bahasa Indonesia .
2010. Interaksi Sel dan
Lingkungannya, (Online),
(http://id.wikipedia.org/wiki/Interaksi_Sel_dan_Lingkungannya, diakses tanggal
2 Maret 2010)
0 comments:
Post a Comment